Selasa, 27 Oktober 2015

(One-Shoot) Mysterious Guy.


Tittle: Mysterious Guy. 
Genre: Psycho and LilBit of Gore. 
Main Cast: Cakka Nuraga ∞ Ify Alyssa 
---Disclaimer: Plots and story are mine, so dont judge and dont be plagitor please...respect the author. if you dont like the story, just click closetab button, easy...rite?:-) 
---Notes: HALLUUUU!!! Aku kembali, aku kembali(?) wkwkwk,aku bawa...C A TOTHE F Y, CAFY! YEYEYEYEYEY~~~ semoga suka! Maaf kalo ini bahasanya rada baku gimana gitcu kkk~ ini sebenernya oneshoot korea aku tapi aku buat jadi versi ic-nya gitcu kkk~ disini nama Cakka sama Ify ada yg aku ganti sedikit wkwk—v || Sorry for typos. aduh maaf...seharusnya ini ada kata yg tercetak miring, tapi karena ini post dari hp jadinya tanda miringnya hilang... 
Dont Like? 
Better You Dont Read. 
\=D/ 
©araaassi’s present


Malam pertama bulan purnama benar-benar sangat dingin dan begitu menggigit. Angin yang biasanya berhembus sepoi-sepoipun sekarang berubah menjadi angin yang sangat beringas. Langit tidak mendung namun cuaca saat ini benar-benar terlihat kacau dan amat sangat buruk. Desisan suara semak-semak belukar dan daun-daun pada pepohonan seketika dapat membuat orang-orang didalam rumah merasa gelisah dan paranoid. Itu di karenakan mereka takut kalau suara-suara tersebut merupakan kerjaan para makhluk-makhluk tak kasat mata atau ya, semacamnya lah.

Alyssa Saufika Nurari yang memiliki nama kecil -Ify- itu sedang sibuk memperhatikan dedaunan yang bergerak kacau lewat jendela kamarnya. Ify ingin menghitung bintang, tetapi akibat cuaca yang amat sangat buruk membuat gadis itu harus menelan pahit keinginannya tersebut.

Karena, sudah merupakan kebiasaan Ify saat mentari menenggelamkan kekuasaannya dan digantikan oleh rembulan, ia menghitung bintang ―ya, walaupun itu terlihat sama sekali tidak mungkin― namun gadis itu tetap melakukannya, karena di menyukai dan itu memang sudah kebiasaannya saat masih duduk di bangku SMP, tepatnya pada kelas 2 SMP.
Ify menopang dagunya dengan kedua tangan mungilnya. Ia memperhatikan dedaunan yang bergerak diluar sana namun tiba-tiba iris hitam legamnya melihat seorang ‘anak laki-laki’, ―yang gadis itu bisa pastikan bahwa ‘laki-laki’ itu lebih tua dari dirinya― sedang berjalan menembus udara dingin malam pertama bulan purnama yang sangat menggigit hanya dengan memakai kemeja berwarna hitam dengan kain pada lengannya di singkap sampai siku dengan celana jeans seperempat dan memakai sepatu converse hitam. ‘Laki-laki’ itu cukup keren bagi Ify, namun terlihat seperti badboy menurutnya. Namun sungguh, ‘laki-laki’ itu sangat tampan.

Iris hitam legam milik Ify refleks membesar saat melihat kondisi ‘laki-laki’ itu tengah gemetar karena efek dinginnya udara malam, dan dengan cepat Ify keluar dari kamarnya untuk menghampiri ‘laki-laki’ tersebut. Namun saat sampai di halaman rumahnya, ‘laki-laki’ itu telah menghilang. Benar-benar menghilang. Dan tiba-tiba saja, bulu kuduknya meremang bukan main.


\o/\o/\o/\o/\o/\o/\o/


Paginya, Ify terbangun dengan mata bengkak dan sedikit berkantung, karena tadi malam ia tidak bisa tidur ―salah satunya karena memikirkan laki-laki misterius semalam― dan juga gadis itu akhirnya bergadang dan melakukan movie marathon dari pukul 7p.m s/d pukul 5a.m, dan sekarang dirinya terbangun pukul 9a.m. Matanya menyipit saat matanya menangkap sinar matahari yang mulai mengintip dari celah-celah jendela kamarnya yang hanya tertutup sebagian gorden berwarna hijau tosca.

Ify beberapa kali menguap. Rasa kantuknya benar-benar menyerangnya telak. Ia berusaha bangun, namun tempat tidur; bantal; guling dan selimut miliknya seakan menahannya agar tidak beranjak dari kamarnya.

“Ya, Tuhan! Aku menyerah. Aku sangat mengantuk,” Ify bermonolog ria lalu kembali menyelimuti seluruh tubuhnya dan hanya menyisakan kepalanya, lalu gadis itu mulai berpetualang kembali di alam bawah sadarnya. Ini hari libur dan Ify ingin berhibernasi lebih lama. Tidak masalah, bukan?

\o/\o/\o/\o/\o/\o/\o/

Malamnya, Ify kembali menopangkan dagunya dengan kedua tangan mungilnya. Gadis itu mulai melakukan kebiasaannya; menghitung bintang. Untung saja, langit malam ini sedang tidak mendung dan cuacanya tidak buruk seperti malam kemarin. Ify melangkahkan kakinya tepat didepan jendela kamarnya. Dan lagi-lagi, seperti dejavu, iris hitam legamnya refleks membesar saat melihat ‘laki-laki’ yang kemarin malam sedang berada tepat didepan rumahnya. Posisi ‘laki-laki’ itu tepat menghadap jendela kamarnya, dan juga masih memakai kemeja berwarna hitam dengan kain pada lengannya di singkap sampai siku dengan celana jeans seperempat dan memakai sepatu converse hitam. Ify memperhatikan ‘laki-laki’ itu dan tanpa sengaja kedua iris hitam legam milik mereka bertemu. Ify dengan tatapan tak bisa diartikan dan ‘laki-laki’ itu dengan tatapan tajam; dingin dan intens.

Lagi-lagi bulu kuduknya meremang dan tiba-tiba saja angin berhembus sangat kencang dan tidak beraturan, awan kembali gelap dan menutupi langit yang ―tadinya― penuh bintang. Ify mendesah kecil lalu menatap kearah ‘laki-laki’ itu lagi. Dia ternyata masih ada disana. Tidak seperti kemarin malam yang tiba-tiba saja langsung menghilang. Ify menatapnya dan mengerenyitkan dahinya heran saat melihat ‘laki-laki’ itu menyeringai padanya. Belum terlepas dari keheranannya, tiba-tiba saja Ify melihat ‘laki-laki’ itu menggerakan tangannya, seperti mengajak Ify keluar untuk menghampirinya.

Ify menatap laki-laki itu sekali lagi untuk memastikan ‘laki-laki’ itu benar-benar menyuruhnya keluar atau tidak. Dan ternyata memang benar, ‘laki-laki itu memang menyuruhnya keluar. Ify mulai menganggukan kepalanya lalu keluar dari kamarnya dan berlari-lari kecil menuruni tangga rumahnya menuju pintu gerbangnya.

Disana, Ify membatu. Walaupun wajah dan tubuhnya sangat pucat, jika dilihat dengan jarak sedekat ini ‘laki-laki’ itu sangat tampan. Dengan iris hitam legam seperti dirinya; rahang yang tegas dan rambut yang sedikit acak-acakan. Menambah kesan keren dan badboy pada dirinya.
.
.

“Hai...” Ify menyapanya dengan suara serak. Gadis itu sangat gugup karena baru pertama kali dirinya berinteraksi secara dekat dengan laki-laki tersebut. Ify menatap ‘laki-laki’ di hadapannya yang masih menatapnya tajam dengan iris hitam legamnya, membuat jantungnya berdegup hebat namun juga seperti terintimidasi.

“Maaf, apa kamu bisu?” Tanya Ify pelan takut-takut membuat ‘laki-laki’ itu tida suka dan sakit hati atau ya, semacamnya. Tiba-tiba saja darah Ify mendesir hebat dan jantungnya kembali berdegup cepat saat melihat laki-laki di hadapannya tertawa lepas. Tawa ‘laki-laki’ dihadapannya seketika membuat kakinya melemas seperti, jelly.

“Tidak. Aku tidak bisu,” Ucap ‘laki-laki’ itu dengan suara bass yang lagi-lagi membuat jantung Ify berdegup cepat untuk kesekian kalinya. Gadis itu hanya menanggapi dengan membulatkan mulutnya lalu memilih untuk diam karena tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan.

Saat keheningan melanda keduanya, ‘laki-laki’ dihadapan Ify mengulurkan tangannya kehadapan Ify.

“Aku, Cakka. Cakka Kawekas Nurari. Kamu, Ify kan?” Ify menganggukan kepalanya saat Cakka mengetahui namanya. Ify lalu mengerenyitkan dahinya bingung, “Ah, bagaimana kamu bisa tahu namaku, Cakka? Dan...nama belakangmu, kenapa seperti nama belakangku?” Tanya Ify penasaran. Cakka tersenyum ―yang terlihat seperti menyeringai menurut Ify―

“Kamu tak perlu tahu, aku tahu kamu darimana dan bagaimana nama belakangku yang sama denganmu, Fy. Pokoknya sekarang aku sangat senang karena bisa menemukanmu,” Ucap Cakka lalu menunjukkan seringaiannya yang membuat bulu kuduk Ify meremang untuk kesekian kalinya.

.
.

“Apa kamu benar-benar tidak bisa memberitahuku, Cakka?” Tanya Ify dengan nada memohon. Gadis itu benar-benar penasaran apa maksud Cakka berhasil menemukan dirinya dan juga, bagaimana bisa nama belakang Cakka bisa sama seperti dirinya?

Saat dilanda keheranan yang amat sangat, Cakka masih saja menatap Ify dengan tajam ―namun memabukkan bagi Ify― dan juga masih menunjukkan seringaiannya.

“Kalau aku memberitahumu, maukah kamu ikut denganku, Fy?” Tanya Cakka seraya memberi perundingan untuk gadis itu. Ify menggigit bibirnya ragu, gadis itu mulai memejamkan matanya dan menghirup udara malam sebentar dan mulai menetralkan nafasnya yang tidak beraturan. Ify lalu membuka matanya dan menatap Cakka dengan sorot mata sayu, “Ya, baiklah. Aku akan ikut denganmu,” Ucap final Ify. Cakka tersenyum miring, “Apa kau yakin? Bisakah aku pegang janjimu?” Tanya Cakka penuh penekanan. Ify menatapnya dan menganggukan kepalanya mantap, “Tapi kau juga harus janji memberitahuku, Kka,” Cakka tersenyum lalu menganggukan kepalanya sama seperti Ify lalu ‘laki-laki’ itu mulai menjelaskan sesuatu.

.
.

“Pertama-tama, kamu harus tau, Fy. Aku ini, bukan manusia,” Ucap Cakka santai yang sontak membuat Ify melebarkan kedua bola matanya. “Aku tahu kamu pasti bakalan terkejut dan aku tidak peduli karena kau sudah berjanji akan ikut denganku nanti,” Ucap Cakka dengan tawa menggelegar diikuti hembusan angin yang kencang dan kacau membuat Ify merinding dan mendesah kecil.

Bagaimana bisa ada hantu setampan ini? Ah! Harusnya Ify bisa menyadari dari awal Cakka bukanlah manusia. Sudah terlihat jelas oleh warna tubuhnya yang pucat bagaikan mayat yang baru mati. Ify menegang, baru...mati?

Cakka tersenyum miring lagi, “Aku sudah lama mati, Ify.” Ify terkejut bukan main. Cakka ternyata juga dapat membaca pikiran! Oh...astaga.

“Mau aku lanjut tidak, Fy?” Tanya Cakka. Ify menatapnya dan mengangguk.

“Yang kedua. Sebenarnya aku adalah kakak kandungmu yang telah meninggal sebelum kau lahir. Kita berbeda 2 tahun, Fy. Dan maksud kedatangan aku kesini adalah untuk menjemputmu dan mengajakmu untuk pergi bersamaku. Ke alamku,” Ify melebar kedua bola matanya lagi.

Ify tidak mau meninggalkan dunia secepat ini. Ia masih ingin sekolah, masih ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan juga... walaupun Ify jarang bertemu dengan kedua orangtuanya, gadis itu masih ingin melihat mereka, masih ingin bersama mereka dan menghabiskan waktu bersama mereka.

Ify menatap Cakka ―laki-laki yang mengaku sebagai kakak kandungnya― dengan mata sayu. “Cakka, bisakah aku membatalkan janjiku? Aku masih ingin hidup. Aku sangat senang akhirnya aku dapat bertemu dengan kakak kandungku karena selama ini Mama dan Papa tidak pernah memberitahuku. Namun mereka selalu bilang kalau aku punya kakak dan aku bukanlah anak tunggal. Tapi maafkan aku, aku benar-benar tidak bisa ikut denganmu, Cakka. Maafkan aku,” Ify berbicara dengan sura bergetar menahan liquid yang kapan saja bisa turun. Ia tidak ingin menangis di depan kakak laki-lakinya pada pertemuan pertamanya ini.

Cakka mendesis, “Aku tahu. Benar-benar tahu kalau kau tidak akan bisa, Fy.” Ify merona, pasalnya, kakak laki-lakinya ini sedang menatapnya dalam dengan senyuman tipis menghiasi wajah tampannya. Ify hampir tidak menyangka bahwa kakak laki-lakinya ini hampir menjadi ‘first love’nya. Untung saja, Ify dapat menahan perasaannya agar tidak lebih jauh menyukai kakak laki-lakinya sendiri. Tapi Ify bersumpah, walaupun kakak laki-lakinya adalah ‘hantu’, dia benar-benar sangat tampan.

“Ify, aku tahu kau tidak bisa ikut denganku. Bersiaplah, aku akan menghukumu karena berani-beraninya kau mengingkari janjimu sendiri di hadapan kakak kandungmu. Tunggulah hukumanmu besok pagi, pukul 09.00am. Aku pergi,” Ucapnya datar namun penuh penekanan lalu Cakka pun menghilang. Seperti malam kemarin. Menghilang tanpa jejak.


\o/\o/\o/\o/\o/\o/\o/


Paginya, Ify terbangun. Gadis itu melihat jam wekernya yang menunjukkan pukul 09.00am tepat. Gadis itu langsung berlari cepat menuruni tanggan dan menuju pintu depan rumahnya. Sungran terkejut saat melihat banyak sekali polisi berlalu-lalang di depan pagar rumahnya. Saat polisi itu menangkap kehadiran dirinya dengan segera polisi itu langsung menghampirinya dan menjelaskan sesuatu pada dirinya. Liquid perlahan-lahan mulai jatuh mengaliri kedua pipi tirusnya. Ia menatap sekeliling dan...iris hitam legamnya menatap kearah pohon yang lebih tinggi dari pohon-pohon lainnya. Disana, iris hitam legamnya berhasil menangkap kehadiran kakak laki-lakinya, Cakka yang sedang menyeringai padanya dan menunjukkan senyuman sinis. Dan saat itulah, tubuh Ify terhuyung dan gadis itu mulai kehilangan kesadarannya. Ify, pingsan!


^*^*^*^*^

Apakah anda, Ify? Alyssa Saufika Nurari?”

“Ya benar, Pak. Saya Ify. Ada apa ya?”

“Maafkan saya pagi-pagi datang dan mungkin mengganggu tidur anda, noona. Dan, maafkan saya karena saya pagi-pagi seperti ini sudah membawa kabar buruk untuk anda. Saya harap anda bisa tabah, bersabar dan juga ikhlas. Kedua orang tua anda meninggal dunia malam tadi. Mereka mendapatkan telepon dari seorang tetangga yang mengatakan anda sedang dalam masalah yang cukup berat. Orang tua anda khawatir dan langsung memesan 2 tiket pesawat untuk pulang ke Seoul malam itu juga saat seorang tetangga menutup teleponnya. Namun naas, kedua orang tua anda ternyata mengalami kecelakaan pesawat dan langsung meninggal ditempat. Dari banyak korban, hanya kedua orang tua andalah yang meninggal,”

“Anda serius?!? Jangan bercanda, Pak,”

“Saya serius dan mana mungkin ini lelucon, noona. Mereka meninggal malam tadi, dan jasadnya akan segera di bawa hari ini juga ke kediaman. Kau harus sabar, tabah dan ikhlas. Aku tau ini berat tapi kau tidak boleh sampai meratap dan juga ―YA!!! Oh, astaga...noona! bangun noona, tim medis tolong bantu noona ini, ia pingsan. Mungkin ia sangat shock. Cepat antar ke rumah sakit terdekat. Aku akan mengatasi masalah kedua orang tuanya dulu,”

^*^*^*^*^

Alhamdullillah, akhirnya...selesai. aku tunggu jejak-jejak kalian yaaa! Semoga sukaaa hehehehe! Maaf ga aku tag._. aku post lewat hp nihhh, opera mini pula(?) wkwkwk. Sampai jumpa di cerita-cerita aku berikutnya~~~~~ 
Sincerely; 
araaassi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar