Selasa, 30 Juni 2015

[OneShoot] First Meet.

Tittle: First Meet.
Genre: School Life and Romance.
Main Cast: Han JiEun (OC) Jeon WonWoo (Seventeen)
Other Cast: Park SungRan (OC)
---Disclaimer: Plots and story are mine, so dont judge and dont be plagitor please...respect the author. if you dont like the story, closetab button is always here for you, xixixi thankies!~~~
---Notes: ANNYEONG! Hehehe kali ini aku datang lagi bawa oneshoot Seventeen x OC hehehe semoga suka yaaa!!! And the fanfict is specially for my beloved sistaaa, nanda!!! Ndaaa, udah lunas ya hutangkuuu:p
˳
˳
˳

A SEVENTEEN ONESHOOT
˳

STRAIGHT
˳

Sangat disarankan untuk menyiapkan kantong kresek, ini sangat cheesy dan aku takut kalian mual hehehehe.
˳

©araaassi’s present
˳
˳
˳



˳
˳
˳

--ooo---
Meeting you was fate. Becoming your friend was a choice.
But, falling in love with you… I had no control over.
---ooo---

“Salam kenal ya, aku Han JiEun.” Jieunperempuan itu tersenyum lalu mengangkat tangan kanannya kearah seseorang didepannya. Terlihat seseorang di depannya hanya menatap tangan itu tanpa berniat menyambutnya. “Jeon WonWoo. Panggil saja aku, Wonwoo.” Laki-laki ituyang ternyata bernama Wonwoo segera mendaratkan bokongnya di tempat duduk sebelah Jieun. Ya, mereka chairmate sekarang.
Jieun menatap tangannya lalu meringis kecil saat Wonwoo sama sekali tidak menyambut uluran tangannya saat Jieun mengajaknya berkenalan. Jieun kembali duduk di bangku kelasnya seperti semula dan matanya tidak berhenti untuk melirik laki-laki disebelahnya.
Jeon Wonwoo, laki-laki yang baru saja pindah ke kelasnya. Laki-laki yang semula menatap di Australia dan kembali ke Korea karena keluarganyaatau tepatnya Ayahnya di pindahkan kerja lagi ke Negara kelahirannya.
Jeon Wonwoo, laki-laki yang sukses membuat anak perempuan di kelasnya bahkan dirinya sendiri termenung kagum akan paras wajahnya yang tampan dan bentuk tubuhnya yang tinggi ideal.
“Aku tahu aku memang tampan, tolonglah berhenti menatapku seperti itu Jieun-ssi, kau terlihat seperti maniak.” Suara bass yang terdengar lembut mengagetkan Jieun dan sontak hal itu membuat Jieun salting karena tertangkap basah sedang menatap kearah laki-laki tersebut. “Ah, maaf.” Ucap Jieun pelan yang hal itu hanya di tanggapi kekehan kecil dari Wonwoo. “Ya, tidak apa-apa.”

\o/\o/\o/\o/

            Bel berdering sangat kencang dan sangat panjang. Menandakan jam sekolah telah usai. Siswa dan Siswi mulai merenggangkan otot tubuhnya dan sebagiannya mulai membereskan buku-buku pelajaran dan juga ada yang langsung pulang dengan keadaan tas yang masih belum tertutup.
            “Hm, Wonwoo-ah, mau keluar bersama?” Wonwoo melirik kecil gadis di sampingnya lalu menghela nafas berat, “Kau baru sehari kenal denganku dan sekarang kau memanggilku ‘Wonwoo-ah’? sok akrab sekali.” Ucapan Wonwoo seketika membuat tubuh Jieun menegang takut. Tak menyangka Wonwoo akan berkata hal seperti itu. “Ah… I-i-itu ya, ah maafkan aku, aku tidak akan memanggilmu seperti itu lagi, Wonwoo-ssi. Okey, aku dulu
            “Ayo keluar bersama, Jieun-ah.”
           
            .

an.”

.

            Dan ajakan Wonwoo barusan, berhasil membuat bola mata Jieun membulat saking terkejutnya.

\o/\o/\o/\o/

            Jieun dan Wonwoo berjalan beriringan untuk menuju halte bus di depan sekolahnya. Keheningan terjadi saat mereka berjalan bersama. Tidak ada yang mau membuka pembicaraan untuk sedikit mencairkan suasana.
            Jieun duduk di salah satu ujung tempat duduk halte bus dengan Wonwoo yang ikut duduk di ujung lain.
            Mereka masih sama-sama tidak memulai pembicaraan sampai salah satu busyang merupakan bus tujuan arah rumah Jieun datang. Jieun berdiri lalu berjalan cepat kearah Wonwoo yang sedang menunduk dan memainkan sepatunya. “Wonwoo-ssi, aku duluan ya? Busku sudah sampai. Makasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di sekolah!” Jieun tersenyum lalu menepuk pundak Wonwoo lalu berlari kecil menuju busnya. Tanpa melihat kebelakang lagi bahwa disana…
Wonwoo menatapnya dengan tatapan dalam namun kosong.
           
            “Kenapa aku menemukan seseorang yang mirip denganmu, Sungran-ah?”

.
.
.
-ooo-
This is going sound crazy, but…
from the moment I first set eyes on you,
I haven’t been able to stop thinking of you.
-ooo-

            Jieun membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan kiri. Saat ini, pikirannya penuh dengan sosok Wonwoo, Wonwoo dan Wonwoo. “Oh my god, kenapa laki-laki itu memenuhi pikiranku seperti ini.” Desis Jieun kecil lalu mulai bangun dari posisi tidurnya dan berjalan kecil menuju meja belajarnya.
            Jieun memikirkan Wonwoo. Memikirkan laki-laki yang saat pulang sekolah memanggilnya dengan sebutan ‘Jieun-ah’ padahal, sebelum itu Wonwoo mengatai dirinya ‘sok akrab’ tapi kenapa sekarang laki-laki itu yang menjadi sok akrab padanya?
            Ah, Jieun sih tidak apa-apa jika Wonwoo mengakrabkan dirinya padanya, justru Jieun sangat senang akhirnya ia memiliki teman laki-laki. Karena selama ini, Jieun belum pernah memiliki teman laki-laki. Apalagi yang tampan seperti Wonwoo.
            “Oh shit, kenapa panas sekali…” Jieun memegang pipinya yang merona. Tak sadar kalau hal-hal yang berkaitan dengan Wonwoo dapat membuat pipinya memanas lalu merona dan juga jantungnya yang berdetak secara tak wajar.
            “Oh astaga… aku harus tidur saat ini juga. Ya, harus.” Ucap Jieun pelan lalu mulai menaruh novelnya yang sama sekali tidak dibacanya lalu melangkahkan kaki mungilnya menuju tempat tidurnya. Dirinya sudah tidak kuat untuk memikirkan Wonwoo jadi lebih baik dia tidur.

.
.
.
-ooo-
No one believe in love at first sight until,
that special person comes along and steals your heart.
-ooo-

            Setiap orang memiliki pendapat masing-masing tentang ‘Cinta Pada Pandangan Pertama’ termasuk juga, Wonwoo. Laki-laki itu, tidak begitu percaya dengan kata-kata ‘Cinta Pada Pandangan Pertama’ karena menurutnya ‘Cinta Pada Pandangan Pertama’ hanya cinta sesaat pada someone’s looks not personality. Jadi untuk apa?
            Wonwoo berjalan kecil menuju balkon kamarnya, hari ini langit malam Seoul sangat indah dipenuhi ribuan bintang dan bulan sabit yang berada di tengah-tengahnya. Wonwoo menghirup nafas, merasakan udara malam yang memasuki rongga dadanya. Matanya terpejam memikirkan sesuatu.
            “Han Jieun…” Ucap Wonwoo kecil dengan mata yang masih terpejam dan tangan yang memegang erat pegangan balkonnya.

Shining Diamonds yeah
sigani deo heulleodo
yakhaejiji anha We’ll keep it up
jigeum i binnaneun yaksogeul
ne sone kkiwojulge
Shining Diamonds yeah neol binnaelge

            Wonwoo membuka matanya saat handphone-nya berdering kencang. Wonwoo meninggalkan balkonnya lalu menuju meja belajarnya untuk mengambil handphonenya.

Park Sungran
     Calling

            Wonwoo membulatkan matanya saat melihat nama si penelepon, dengan segera Wonwoo mengusap layar hijau oada handphonenya dan berdeham kecil untuk menetralisir keguguppannya.

            “Ya, Sungran-ah? Waeyo?”
            “Wonwoo oppa! Apakabar?

            Wonwoo memegang dadanya yang berdebar kencang saat Sungran mengucapkan kata oppa padanya. Ia berdeham lagi.

            “Ah, baik. Kau sendiri?”
            “Aku juga baik, oppa! Bagaimana Korea?
            “Tidak begitu buruk. Bagaimana, Australia?”
            “Masih sangat lebih baik tentu saja, ohiya oppa… aku sudah memiliki pacar loh di sini

            Wonwoo tercekat. Tiba-tiba saja ia merasa rongga dadanya kekurangan oksigen. Kata-kata terakhir Sungran membuat Wonwoo tanpa sadar mengepalkan tangannya dan juga membuat rahangnya mengeras.

            “Oppa? Kau masih disana?

            Wonwoo mengatur nafasnya lalu mengambil nafas berulang kali. Tiba-tiba saja kepalanya pusing, entah kenapa.

            “Oh, Y-Y-Ya, aku masih disini. Siapa laki-laki beruntung itu, Sungran-ah?”

            Terdengar tawa kecil di seberang telepon saat Wonwoo bertanya hal itu. Membuat Wonwoo lagi-lagi menghela nafas berat.

            “Chan. Namanya, Lee Chan… dia satu tahun di bawahku oppa. Dia sangat lucu dan selalu menjadi moodboasterku saat aku suntuk dengan tugas-tugas sekolahku disini. Aku bertemu dengannya 2 minggu setelah kepulangan oppa ke Korea. Kapan Oppa balik ke Ausie? Aku tidak sabar mengenalkannya pada oppa!

            Sungran terus bercerita panjang lebar tentang kekasih barunya yang sama sekali tidak ingin di dengar Wonwoo. Bercerita dengan semangat diringi tawa kecilnya yang lagi-lagi membuat Wonwoo geram tanpa sadar. Ia cemburu.

            “Pokoknya oppa harus cepat balik kesini! Walaupun Chan juga orang Korea tapi aku ingin oppa ke Ausie. Aku merindukan oppa, hehehe sudah ya oppa. Pulsaku sudah mau habis, Ausie-Korea sangat mahal kau tahu?

            Wonwoo berkata ‘Ya’ dan Sungran menutup teleponnya. Wonwoo jatuh terduduk dilantai kamarnya. Malam ini Seoul sangat indah tapi tidak dengan moodnya yang tiba-tiba sangat buruk.
            “Shit.” Terdengar suara kaca pecah namun sama sekali tidak di perdulikan Wonwoo. Ya, itu karena ulah Wonwoo sendiri yang melempar handphonenya ke kaca kamarnya. Ia benar-benar cemburu sekaligus patah hati.
           
            Sungran. Park Sungran. Merupakan tetangganya saat di Australia, ternyata orang tua mereka bekerja di salah satu perusahaan yang sama dan juga orang tua mereka ikut dipindahkan kerja ke Australia. Sungran dan Wonwoo sudah seperti sepasang adik-kakak yang selalu menempel. Saat itu, mereka sama-sama duduk di bangku Junior High School dimana Sungran lebih muda satu tahun dari Wonwoo.
            Dan tanpa disadari Sungran, Wonwoo menyimpan perasaan lebih dari sekedar kakak kepada adiknya. Wonwoo menyimpan perasaan pria kepada seorang wanita pada Sungran. Karena, Wonwoo sama sekali tidak pernah menganggap Sungran adiknya, Wonwoo selalu menganggap Sungran gadisnya.

.
.
.
-ooo-
No matter how much time goes by,
I will never forget the first time you looked at me and how I fell in, L O V E.
-ooo-

            Jieun memasuki kelasnya dengan mata panda, semalam ia benar-benar memikirkan Wonwoo dan tidak bisa tidur sama sekali. Jieun meletakkan tas ranselnya lalu mulai menjatuhkan kepalanya ke meja kelasnya dan menutupnya dengan hoodie biru mudanya. Jieun berniat tidur.
            Lain Jieun, lain juga Wonwoo yang memasuki kelasnya dengan wajah dingin namun tampannya. Matanya kosong namun rahangnya sedikit mengeras. Ia masih memikirkan kejadia telepon dengan Sungran semalam.
            Tiba-tiba saja, matanya terpaku pada gadis yang berada di sebelahnya. Han Jieun. Chairmatenya. Tanpa sadar, ekor mata Wonwoo melihat kelakuan Jieun yang tenggelam oleh hoodienya sendiri dengan rambutnya yang terurai acak-acakan. Ini masih pagi tapi gadis itu sudah ingin tidur? Dan tanpa sadar lagi, Wonwoo tersenyum kecil lalu semakin melangkahkan kaki panjangnya menuju bangku kelasnya.

\o/\o/\o/\o/

            Jieun terbangun saat merasa ada seseorang yang menatapnya sedari tadi, membuat acara tidur paginya terganggu. Jieun melepaskan hoodie yang menutup kepalanya, mengucek kedua matanya pelan lalu mulai merenggangkan otot tubuhnya.
            “Tidur jam berapa semalam?” Intrupsi suara mengagetkan Jieun. Dengan segera Jieun menoleh ke asal suara dan lagi-lagi matanya membola bahwa itu Wonwoo. Wonwoo yang bertanya padanya.
            ‘Aku tidak tidur gara-gara kau, tahu!’ Desahnya dalam hati. Ya, tentu saja dalam hati. Jieun tidak ingin menjadi bulan-bulanan kedinginin Wonwoo jika mengatakan hal seperti itu. Dan juga, Jieun tidak akan berani mengatakan hal seperti itu.
            “A-A-Aku semalam tidak bisa tidur,” Balas Jieun akhirnya. Membuat Wonwoo mengangkat alisnya tinggi. “Kenapa?” Jieun melirik Wonwoo dan menggeleng kecil lalu menghembuskan nafasnya, “Tidak apa-apa.” Ucapnya kecil.
            “Istirahat ke UKS saja.” Ucap Wonwoo tanpa menatap Jieun membuat Jieun mencibir kecil melihat kelakuan Wonwoo. “Tidak perlu, aku tidak ingin ketinggalan pelajaran.” Bohong. Ya, tentu saja bohong. Jieun ingin sekali langsung berlari ke UKS jika saja kakinya yang sialan ini mengizinkannya. Karena, bagaimanapun itu Jieun ingin tetap bersama Wonwoo. Jieun sontak memegang pipinya yang kembali memanas, “Oh, bagus… Han JiEun. Kau rela menahan kantuk dan tidak pergi ke UKS karena laki-laki dingin ini? Oh bagus sekali.” Seru Jieun dalam hati.

\o/\o/\o/\o/

            Bel berdering menandakan jam istirahat pertama dimulai. Lagi-lagi, Jieun menjatuhkan kepalanya ke meja kelasnya lalu menutupinya dengan hoodie biru mudanya lagi.
            “Awww…” Baru mau terlelap, tiba-tiba saja tulang keringnya merasa sakit karena di tending oleh seseorang. Jieun mengangkat kepalanya, berniat memarahi orang tersebut namun matanya terkunci oleh iris legam laki-laki disebelahnya. Ternyata, Wonwoo yang menendang kakinya.
            “Astagaaa, sakit tahu! Kenapa sih? Kau mengganggu.” Jieun mengerucutkan bibirnya sontak hal kecil tersebut membuat Wonwoo terdiam di tempatnya. “Kau melakukan aegyo padaku? Kekanakan.” Jieun membulatkan matanya dan juga mulutnya. Tak percaya, Wonwoo berkata seperti itu.
            “Aku tidak melakukan hal menjijikan seperti itu, dasar.” Wonwoo terlihat tersenyum kecil saat melihat cara marah Jieun yang menurutnya sangat lucu. “Dan sekarang, kau merajuk padaku?” Tanya jail Wonwoo yang sontak membuat Jieun menjulingkan kedua bola matanya kesal. “Kau menyebalkan. Sudahlah, ke kantin sana. Aku mau tidur.” Ucap Jieun sinis lalu mulai menjatuhkan kepalanya lagi.
            “Ayo ke UKS bersama, Jieun-ah.” Jieun terdiam dengan posisi kepala masih menelungkup pada meja kelasnya. Tidak percaya, Wonwoo mengajaknya. “Kau sendiri saja.” Balas Jieun dengan dada yang berdebar cepat. “Ayolaaah.” Ajakan Wonwoo begitu menggodanya. “Astaga, Astaga, Astaga… berduaan dengan Wonwoo di UKS? Astaga…” Lagi-lagi pipinya merona hanya membayangkan hal tersebut.
            “Kau lama.” Akhirnya, Jieun ditarik secara paksa oleh Wonwoo. “Aish, lepaskan bodoh! Ya!” Seru Jieun dengan tangan yang berusaha melepaskan genggaman tangan Wonwoo pada lengan kanannya namun hal tersebut hanya dilirik oleh Wonwoo tanpa berniat melepaskannya.
            “Bawel.” Ucapan Wonwoo membuat Jieun cemberut. Namun, hal itu membuat dirinya tersenyum dengan pipi merona dan dada yang berdebar karena saat ini, Wonwoo menggenggam tangannya.

\o/\o/\o/\o/

            Jieun membulatkan matanya saat Wonwoo ternyata malah mengajaknya ke kawasan belakang sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari sosok keramaian suasana sekolah. Namun, tempat itu sangat terawat dan begitu nyaman. Atau, nyaman karena Jieun bersama Wonwoo? We don’t know.
            “Dasar pembohong.” Desis Jieun tanpa menatap kearah Wonwoo. Wonwoo melirik gadis disebelahnya lalu tersenyum kecil, “Maaf… habis kalau di UKS nantinya akan menimbulkan kecurigaan. Terus di gosippkan. Kau tahu? Aku anti sama yang namanya gossip atau di gossipkan.” Jelas Wonwoo tanpa memperdulikan gadis disebelahnya mendengarkan atau tidak. “Aku tidak peduli.” Tuhkan benar… Jieun benar-benar tidak peduli oleh penjelasannya.
            “Kenapa sih, sikapmu berubah-ubah terus?” Desis Jieun kecil dan tanpa sengaja terdengar oleh Wonwoo. “Wow. Kau memperhatikan sikapku?” Tiba-tiba dada Jieun mulai berdebar dan bahunya menegang. Jieun menggeleng kecil namun hal itu malah semakin membuat Wonwoo gencar menjahilinya.
            “Kenapa kau gugup? Kau menyukaiku ya?” Tanya Wonwoo dengan senyuman kecil yang bertengger manis di paras tampannya. Lagi-lagi, dada Jieun berdebar dan panas mulai menjalari pipinya. “Serius, Wonwoo-ssi… bisakah kau diam?” Geram Jieun dan sontak membuat Wonwoo tertawa.
            “Untuk sekarang dan seterusnya, kau boleh memanggilku Wonwoo-ah atau panggilan lain terserahmu saja. Khusus untukmu, aku berbaik hati.” Ucap Wonwoo lalu merebahkan tubuhnya di hamparan rumput belakang sekolah. Jieun menatapnya, “Yasudah. Aku akan memanggilmu babo idiot saja, habis sikapmu aneh.” Balas Jieun lalu ikut merebahkan tubuhnya seperti Wonwoo.
            “Terima kasih, Jieun-ah. Aku anggap itu panggilan kesayanganmu untukku.” Dan kata terakhir Wonwoo membuat Jieun mendelik kaget dan dengan refleks menatap Wonwoo dengan posisi tubuh yang masih berbaring. Wonwoo yang merasa di tatap oleh Jieun juga ikut membalikkan tubuhnya menyamping sehingga kini, mereka berdua berbaring berhadap-hadapan dengan mata yang masih menatap satu sama lain.
            Wonwoo baru menyadari, bahwa Jieun memiliki mata bulan sabit yang lucu, hidung kecil dan bibir plum semerah cherry. Wonwoo, tanpa sadar mengangkat tangannya lalu membelai lembut rambut hitam legam milik Jieun, membuat gadis itu tanpa sadar memejamkan matanya… menikmati belaian tangan Wonwoo pada rambutnya.
            “Aku baru tau, kau bisa juga semanis ini” Ucap Wonwoo dengan tangan yang sekarang beralih mengacak-acak rambut milik Jieun. Jieun membuka matanya lalu menjulingkan matanya lagi. “Terimakasih, aku tahu aku memang manis.” Wonwoo tersenyum. “Aku suka perempuan yang manis.” Jieun mengerutkan dahinya dan sedikit menaikan alisnya, “Lalu?” Wonwoo tersenyum kembali. Merasa jawaban Jieun sebagai kode untuk dirinya.
            “Jieun-ah, mau jadi pacarku?” Dan… pernyataan cinta Wonwoo berhasil membuat Jieun sangat terkejut sekaligus tidak percaya.
            “Kau sedang latihan ya? Siapa perempuan yang akan kau tembak?” Tanya Jieun lalu mulai terduduk matanya menatap Wonwoo. Sedikit, hatinya merasa perih. Berharap… berharap Wonwoo benar-benar menyukainya namun hal tersebut di tepis jauh-jauh oleh Jieun.
            Wonwoo menghela nafasnya, lalu mulai terduduk dan menghadapkan tubuhnya kembali tepat didepan Jieun. Iris hitam legamnya bertubrukan dengan iris hitam legam gadis didepannya. Wonwoo memegang pundak Jieun dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya berusaha untuk menyentuh tangan Jieun untuk di genggam.
Jieun merasa, dirinya akan pingsan sebentar lagi akibat tingkah Wonwoo yang sama sekali tidak terduga.

 Awal bertemu, Wonwoo selalu mendiamkannya, selalu mendinginkannya dan selalu mengabaikannya. Membuat, Jieun harus merasakan cinta diam diam pada Wonwoo. Karena, Jieun takut hal itu semakin membuat Wonwoo mengabaikannya.
Namun saat ini, secara tak terduga pula… Wonwoo berada di hadapannya, memegang pundaknya, memegang tangannya dan menyatakan cinta pada dirinya.
Andai ini mimpi, Jieun sama sekali tidak ingin terbangun.

“Aku tahu kau bingung, Jieun-ah, tapi sungguh ini sama sekali bukan mimpi.” Ucap Wonwoo berhasil mengembalikan Jieun ke dunia nyata. Jieun menatap kesekitar karena gugup. Wonwoo melihatnya dan tersenyum. Kelakuan gadis didepannya sangat lucu.

“Ini baru beberapa hari kita bertemu. Kita berkenalan. Dan pertama kalinya kita dekat seperti ini. Tapi kau benar-benar sudah mencuri perhatianku sejak awal masuk. Tingkahmu sangat mirip dengan cinta pertamaku…” Jieun hanya diam mendengarkan Wonwoo. Tanpa memotong. Tanpa membantah.
“Kau tahu, semalam cinta pertamaku yang berada di Australia meneleponku dan memberitahuku bahwa dirinya sekarang sudah berhubungan dengan seseorang. Itu, membuatku sangat cemburu dan sangat sangat sakit hati…”
“Namun…sebelum dia meneleponku, malam itu, aku memikirkanmu Jieun-ah… entah kenapa pada malam itu kepalaku penuh denganmu…” Jieun membulatkan matanya, ternyata Wonwoo juga memikirkannya? Rasanya… Jieun ingin memekik dengan sangat keras, namun ia masih ingin mendengarkan Wonwoo.

Wonwoo mengambil nafas dan Jieun mengusap pundaknya dengan lembut. Wonwoo menatapnya, “Sepertinya aku benar-benar menyukaimu.” Ucap Wonwoo membuat Jieun tersenyum. “Aku tahu, aku belum bisa melupakan cinta pertamaku. Because, first love is hard to forget right?” Ucap Wonwoo yang dibalas anggukan oleh Jieun.
“Tapi, Jieun-ah… mari kita melakukan hubungan dan buat aku perlahan melupakan cinta pertamaku. Eotte?” Jieun menatap Wonwoo dengan mata memerah menahan tangis. Wonwoo terkejut saat melihat ekspresi gadis didepannya malah seperti itu.
Babo… Idiot…” Wonwoo yang masih terkejut semakin terkejut saat Jieung menghambur memeluk dirinya. Dengan sangat erat hingga Wonwoo sesak nafas. Namun, Wonwoo sangat senang.
“Kau juga idiot… kenapa malah menangis?” Tanya Wonwoo lembut dengan tangan yang tak henti-hentinya mengusap lembut surai milik gadisnya.

Gadisnya? Wonwoo tersenyum. Ya, mereka resmi sekarang. Walaupun tanpa jawaban Ya dari Jieun, namun pelukan Jieun padanya sudah memberikan jawaban.

“Kau harus tahu idiot! Aku sudah menyukaimu dari pertama kali kita menunggu bus!” Ucap Jieun dengan nada sedikit marah. “Aku tahu.” Balas Wonwoo dengan tangan yang masih mengelus lembut rambut gadisnya.
Idiooot! Kau tahu tapi kenapa kau malah mengabaikanku?” Tanya Jieun lalu melepaskan pelukannya pada Wonwoo dan menatap Wonwoo dengan sorot mata marah namun sangat lucu, bagi Wonwoo.
“Kau merajuk?” Ucapan Wonwoo berhasil membuat pout tercipta pada bibir mungil Jieun.
            “Kau menyebalkan!!” Seru Jieun lalu membalikkan tubuhnya membelakangin Wonwoo.

            Wonwoo tersenyum lagi. Bersama dengan Jieun, membuatnya sering tersenyum karena tingkahnya yang sangat lucu dan amat menggemaskan.

            “Jangan marah, sayangku… aku mencintaimu.” Ucap Wonwoo lalu memeluk Jieun dari belakang. Yang tanpa sepengetahuan Wonwoo, tingkahnya tersebut membuat pipinya merona merah bak kepiting rebus.
.
.
.
---ooo---
When two people first meet, they can only have a very ordinary kind of friendship. But, when you begin to understand each other, when you get close to them, you discover that you’re suddenly eager to know him or her even better.
---ooo---
.
.
.
---ooo---
It’s amazing how you can fall in love with a person that never notice you for the first time you meet them.
---ooo---
.
.
.
---ooo---
When we first met,
I honestly don’t have any idea that you would be so important to me.
---ooo---
.
.
.
.
.
.
HOREEEEE AKHIRNYA, ONESHOOT INI SELESAI OMG AKU SENAAAANG YEAAAY. SOALNYA INI FIRST TIME BIKIN FF BOYGROUP FAV X OC HAHAHAHAHAHA dan aku tau ini kacangan banget wakakakaka tapi, Semoga sukaaa!!! Hehehehehehe
.
.
.
Sincerely,

araaassi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar